Selamat datang di www.marcheldemosky.blogspot.com Senang berkenalan dengan anda semua !! :-D
Jumat, 04 Mei 2012
Bagian yang tidak boleh kita lupakan di Maluku (Buat generasi muda Maluku)
Kolaborasi Musik Totobuang & Sawat dilatar belakangi Gong Perdamaian pada acara Konser Budaya Kolaborasi Sawat & Totobuang beberapa waktu lalu.
Pemain Totobuang (Kiri berbaju merah) dan Pemain Sawat (Kanan : berbaju putih)
Totobuang
Semua orang pasti mengenal jenis musik Tifa yang berpasangan dengan Totobuang dari Maluku ini, Tifa merupakan musik gendang dari kulit hewan biasanya sapi atau rusa dan bentuknya mirip dengan alat musik gendang yang sejenis di seantero Nusantara, sedangkan Totobuang adalah jajaran gong kecil dan terbuat dari perunggu yang mengeluarkan nada berbeda setiap kali dipukul. Bunyi toto buang mirip sekali dengan gamelan Jawa jika dimainkan dengan nada yang berbeda selain nada totobuang. Tifa & totobuang merupakan musik khas yang sering dimainkan oleh orang Maluku yang mayoritas beragama Kristen (Sarane).
*aku pernah melihat bentuk totobuang yang sama tapi lebih kecil yang mengiringi tari Lilin dari Minangkabau, mirip sekali. tapi ga tau disana namanya apa*
Sawat
Sedangkan Sawat pada awalnya boleh dibilang diperkenalkan oleh pedagang dari Timur Tengah yang datang ke Kepulauan Maluku. Masih ingatkan.. nama Maluku dari Jazirah Al-mulk? Nada yang disuarakan oleh Sawat merupakan perpaduan indah dari tradisi musik Maluku dan campuran musik2 Melayu serta Timur Tengah. Alat musik yang digunakan pada Sawat terdiri dari Rebana besar & Suling. Kultur Musik ini lebih banyak dimainkan oleh warga yang mayoritas beragama Islam.
Kolaborasi Sawat & Totobuang
Pada awalnya, sebelum ker*suhan Ambon dulu pecah kolaborasi antara 2 musik ini jarang sekali bahkan boleh dibilang tidak ada. Permaianan Totobuang yang biasanya di iringi dengan Tari Lenso sebagai pendampingnya dan Sawat yang diiringi dengan Tari Sawat. Kedua musik ini biasanya hanya dimainkan pada acara2 resmi saja, seperti pelantikan Raja sebuah Negeri, Acara Panas Pela, ataupun acara Kumpul Gandong.
Akan tetapi sejak tahun 2003, Kolaborasi dua budaya antara Kristen & Islam ini mulai dikembangkan, tidak hanya pada tarian akan tetapi di musik pun mulai digabungkan. Kolaborasi ini awalnya digagas oleh Bpk. D Sahuburua dalam konser paduan suara yang bertema “Tifa Pecah” pada acara Dies Natalis Universitas Pattimura pada tahun 2003 yang lalu.
Kolaborasi dua kultur budaya yang sedikit berbeda ini, menghadirkan sebuah perpaduan yang indah dan sarat dengan pesan yang menghapuskan segala batas perbedaan di Maluku. Dimana Hentakan Tifa & Totobuang yang bersemangat di isi dengan nuansa rebana serta alunan lembut suling memberi nuansa tentang Maluku yang berbeda dan sangat Indah. Belum pula jika ditambahi dengan lenggok para penari "Tari Lenso & Tari Sawat" yang semakin menambah keindahan kolaborasi ini.
Tari Lenso & Tari Sawat
Kolaborasi keduanya bisa dibilang penggambaran tentang Maluku yang aman & damai adalah impian setiap orang Maluku dalam menjalani kehidupan di bumi pela gandong. Harmoni kehidupan yang indah, gerak maupun alunan nada yang diperagakan menggambarkan kehidupan masyarakat Maluku yang cinta damai.
So, jika anda ke Ambon jangan lupa untuk mencari informasi siapa tau ada pagelaran ini, rugi rasanya kalo tidak menikmati alunan kolaborasi Sawat & Totobuang.
Salam.
#Foto diambil pas acara pagelaran budaya di Gong Perdamaian oleh Dinas Pariwisata Februari lalu.
SUMBER : http://forum.nationalgeographic.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar