Pernah dengar tentang DIY (do it yourself)?
Sebuah penggambaran tentang proses kreatif independen dengan cara
memproduksi musik, mengemasnya dan mendistribusikannya sendiri. Yang
pada akhirnya pergerakan semacam ini berkembang pesat menjadi sebuah
komunitas atau biasa di sebut dengan skena indie.
Adalah sebuah kamar/ tempat tidur yang
mengawali proses diawalinya bermusik dengan DIY itu tadi. Dari mulai
membuat lagu, merekamnya, sampai mendistribuskanya lewat internet/media
lainnya. Yang ke-semuanya itu dilakukan di kamar sendiri.
Kamar memang sebuah ruangan yang
merefleksikan personal pribadi seseorang, dan biasanya setiap orang,
siapapun itu akan menjadi dirinya sendiri jika di dalam kamar. Karena
itulah beberapa diantaranya yang bergerak di musik (musikus) lebih
merasa nyaman jika melakukan proses kreatifnya di dalam kamar. Tidak di
sebuah studio yang cukup besar, alat rekam dengan detail yang rumit dan
banyak macamnya itu.
Kebanyakan diantara mereka lebih mengutamakan faktor kenyamanan untuk menjaga mood bermusiknya tetap bagus. Ditambah software
untuk rekaman itu sendiri sudah sangat gampang di dapat. Jadi
sebenarnya siapapun bisa melakukan proses kreatif membuat lagu, merekam
dan menyebarluaskannya dengan cara mereka sendiri.
Di dalam negeri sendiri ada nama-nama
seperti Endah N Rhesa, Adhitya Sofyan, Sindenstosca, Zeke Khaseli,
sampai Bottlesmoker. Yang kesemuanya itu mengalih fungsikan kamar tempat
tidurnya menjadi mini studio untuk mereka bermusik.
Endah N Rhesa misalnya, sepasang suami
istri ini pernah mengunggah video mereka ke youtube yang dimana disana
(dalam video itu) menggambarkan keseharian mereka membuat lagu.
Bagaimana ketika mereka merubah lemari pakaiannya menjadi sebuah ruangan
untuk take vocal, atau ketika mereka merubah kasur menjadi
alat/sebagai tembok peredam ketika take gitar agar suaranya tidak
bocor. Sangat menggambarkan sebuah semangat bermusik dengan sederhana
dari dua orang Endah N Rhesa yang keliatan sekali mencintai pekerjaannya
ketika mereka membuat lagu dan merekamnya dalam kamar mereka.
Lalu ada nama Sindentosca atau
Sind3ntosca (Jalu ngotot penulisannya harus begini). Band yang hanya
terdiri dari satu orang personil yang bernama Jalu ini, sudah rajin
betul memproduksi musiknya sendiri sejak tahun 2000an awal. Dan bukan
hanya membuat/merekam musiknya saja, tapi dia juga memproduksi CD-nya
sendiri dengan cara yang terbilang cukup konfensional namun sangat
terasa DIY-nya, dengan passion dan kecintaannya bermusik. Itu
dia perlihatkan di Video klip Sindentosca yang berjudul ‘Phone’, yang
disana bercerita bagaimana ketika Jalu mengemas albumnya dari mulai
mengatur layout cover album sampai ngeprint sendiri, dan membungkusnya untuk kemudian di distribusikan.
Spirit bermusik. Itulah intinya, para pelaku bedroom musik ini mencontohkan jika yang paling penting pada proses kreatif membuat musik itu adalah passion-nya,
semangat berkarya, dan juga tidak menyerah/kalah pada keadaan yang
mungkin belum menghendaki para musisi itu untuk mendapat kesempatan
rekaman di sebuah studio besar dengan alat rekam yang lebih bagus.
Jadi dengan memanfaatkan apa yang ada,
tidak menyurutkan niat mereka bermusik. Jika pada dasarnya musik yang di
buat itu memang bagus, ya akan terdengar bagus juga. Tidak peduli
dengan cara seperti apa merekamnya, atau alat rekamannya. Dan sungguh
jika kejujuran dalam bermusik adalah yang utama, dan bukan soal aspek
penunjang seperti sebuah studio yang layak atau apapun itu yang sifatnya
pendukung itu saja. Semua balik lagi kepada pelaku musiknya.
Pada akhirnya bedroom musik jugalah yang
telah mengantarkan Adhitya Sofyan tur ke Jepang, membawa Bottlesmoker
tur Filipina, Singapura, Thailand, dan Malaysia. Itu semua berawal dari
sebuah kamar mereka yang mereka gunakan untuk bermusik, lalu mengemasnya
dengan ciri khas mereka yang kuat. Sedikit promo di media internet atau
apapun itu yang pada akhirnya sampai di telinga banyak orang dan
disukai.
Bedroom musik menjadi diminati
karena kejujurannya dalam bermusik. Bagaimana para pelakunya mengemasnya
tanpa pretensi pencitraan yang lebih tentang musiknya yang ingin
dinilai seperti apa. Mereka hanya terbangun dari tidurnya, medapat ide
membuat lagu, dan merekamnya. Sesederhana itu sebenarnya, ketika ide itu
datang di saat pagi atau malam sebelum tidur. Dan kamar menjadi sebuah
sarana atas dirinya dan musik yang dihasilkannya.
Karena setiap harinya mendengarkan
musik adalah hal yang selalu dilakukan, tentulah dengan sendirinya
banyak melodi lagu menyesaki dan terekam begitu saja dalam kepala.
Jadi jangan dulu beranjak dari kamar tidur. Dengarkan! Ada musik dalam
kamar yang harus dibuat dan direkam. Sebelum akhirnya musik itu menjadi
terlalu komersil dan meaningless ditelan industri dengan semua tipu daya soal pasarnya.
Bangun dan berceritalah lewat nada dan
musik, tapi jangan lupa di rekam biar banyak orang yang mendengarkan.
Kali ini Adhitya Sofyan yang tur ke jepang dengan musiknya. Selanjutnya?
Kamu mungkin, kenapa tidak?
Tulisan: Angga Wiradiputra