Lakukan yang terbaik di hari ini sahabatku \(^_^)/ !!
Welcomes in my blog house hopefully you likes has paid a visit in my blog house thanks its the visit create ' Marchel Demosky Rinuga '

Senin, 07 Mei 2012

Bedroom Music: Produksi Musik Dari Dalam Kamar

Bottlesmoker, salah satu ikon Bedroom Musician 

(Foto: Rangga FN)
Pernah dengar tentang DIY (do it yourself)? Sebuah penggambaran tentang proses kreatif independen dengan cara memproduksi musik, mengemasnya dan mendistribusikannya sendiri. Yang pada akhirnya pergerakan semacam ini berkembang pesat menjadi sebuah komunitas atau biasa di sebut dengan skena indie.
Adalah sebuah kamar/ tempat tidur yang mengawali proses diawalinya bermusik dengan DIY itu tadi. Dari mulai membuat lagu, merekamnya, sampai mendistribuskanya lewat internet/media lainnya. Yang ke-semuanya itu dilakukan di kamar sendiri.
Kamar memang sebuah ruangan yang merefleksikan personal pribadi seseorang, dan biasanya setiap orang, siapapun itu akan menjadi dirinya sendiri jika di dalam kamar. Karena itulah beberapa diantaranya yang bergerak di musik (musikus) lebih merasa nyaman jika melakukan proses kreatifnya di dalam kamar. Tidak di sebuah studio yang cukup besar, alat rekam dengan detail yang rumit dan banyak macamnya itu.
Kebanyakan diantara mereka lebih mengutamakan faktor kenyamanan untuk menjaga mood bermusiknya tetap bagus. Ditambah software untuk rekaman itu sendiri sudah sangat gampang di dapat. Jadi sebenarnya siapapun bisa melakukan proses kreatif membuat lagu, merekam dan menyebarluaskannya dengan cara mereka sendiri.
Di dalam negeri sendiri ada nama-nama seperti Endah N Rhesa, Adhitya Sofyan, Sindenstosca, Zeke Khaseli, sampai Bottlesmoker. Yang kesemuanya itu mengalih fungsikan kamar tempat tidurnya menjadi mini studio untuk mereka bermusik.
Endah N Rhesa misalnya, sepasang suami istri ini pernah mengunggah  video mereka ke youtube yang dimana disana (dalam video itu) menggambarkan keseharian mereka membuat lagu. Bagaimana ketika mereka merubah lemari pakaiannya menjadi sebuah ruangan untuk take vocal, atau ketika mereka merubah kasur menjadi alat/sebagai tembok peredam  ketika take gitar agar suaranya tidak bocor. Sangat menggambarkan sebuah semangat bermusik dengan sederhana dari dua orang Endah N Rhesa yang keliatan sekali mencintai pekerjaannya ketika mereka membuat lagu dan merekamnya dalam kamar mereka.
Lalu ada nama Sindentosca atau Sind3ntosca (Jalu ngotot penulisannya harus begini). Band yang hanya terdiri dari satu orang personil yang bernama Jalu ini, sudah rajin betul memproduksi musiknya sendiri sejak tahun 2000an awal. Dan bukan hanya membuat/merekam musiknya saja, tapi dia juga memproduksi CD-nya sendiri dengan cara yang terbilang cukup konfensional namun sangat terasa DIY-nya, dengan passion dan kecintaannya bermusik. Itu dia perlihatkan di Video klip Sindentosca yang berjudul ‘Phone’, yang disana bercerita bagaimana ketika Jalu mengemas albumnya dari mulai mengatur layout cover album sampai ngeprint sendiri, dan membungkusnya untuk kemudian di distribusikan.
Spirit bermusik. Itulah intinya, para pelaku bedroom musik ini mencontohkan jika yang paling penting pada proses kreatif membuat musik itu adalah passion-nya, semangat berkarya, dan juga tidak menyerah/kalah pada keadaan yang mungkin belum menghendaki para musisi itu untuk mendapat kesempatan rekaman di sebuah studio besar dengan alat rekam yang lebih bagus.
Jadi dengan memanfaatkan apa yang ada, tidak menyurutkan niat mereka bermusik. Jika pada dasarnya musik yang di buat itu memang bagus, ya akan terdengar bagus juga. Tidak peduli dengan cara seperti apa merekamnya, atau alat rekamannya. Dan sungguh jika kejujuran dalam bermusik adalah yang utama, dan bukan soal aspek penunjang seperti sebuah studio yang layak atau apapun itu yang sifatnya pendukung itu saja. Semua balik lagi kepada pelaku musiknya.
Pada akhirnya bedroom musik jugalah yang telah mengantarkan Adhitya Sofyan tur ke Jepang, membawa Bottlesmoker tur Filipina, Singapura, Thailand, dan Malaysia. Itu semua berawal dari sebuah kamar mereka yang mereka gunakan untuk bermusik, lalu mengemasnya dengan ciri khas mereka yang kuat. Sedikit promo di media internet atau apapun itu yang pada akhirnya sampai di telinga banyak orang dan disukai.
Bedroom musik menjadi diminati karena kejujurannya dalam bermusik. Bagaimana para pelakunya mengemasnya tanpa pretensi pencitraan yang lebih tentang musiknya yang ingin dinilai seperti apa. Mereka hanya terbangun dari tidurnya, medapat ide membuat lagu, dan merekamnya. Sesederhana itu sebenarnya, ketika ide itu datang di saat pagi atau malam sebelum tidur. Dan kamar menjadi sebuah sarana atas dirinya dan musik yang dihasilkannya.
Karena  setiap harinya mendengarkan musik adalah hal yang selalu dilakukan, tentulah dengan sendirinya banyak melodi lagu menyesaki dan terekam begitu saja dalam kepala. Jadi  jangan dulu beranjak dari kamar tidur. Dengarkan! Ada musik dalam kamar yang harus dibuat dan direkam. Sebelum akhirnya musik itu menjadi terlalu komersil dan meaningless ditelan industri dengan semua tipu daya soal pasarnya.
Bangun dan berceritalah lewat nada dan musik, tapi jangan lupa di rekam biar banyak orang yang mendengarkan. Kali ini Adhitya Sofyan yang tur ke jepang dengan musiknya. Selanjutnya? Kamu mungkin, kenapa tidak?

Jumat, 04 Mei 2012

Bagian yang tidak boleh kita lupakan di Maluku (Buat generasi muda Maluku)

User posted image
Kolaborasi Musik Totobuang & Sawat dilatar belakangi Gong Perdamaian pada acara Konser Budaya Kolaborasi Sawat & Totobuang beberapa waktu lalu.
Pemain Totobuang (Kiri berbaju merah) dan Pemain Sawat (Kanan : berbaju putih)



Totobuang
Semua orang pasti mengenal jenis musik Tifa yang berpasangan dengan Totobuang dari Maluku ini, Tifa merupakan musik gendang dari kulit hewan biasanya sapi atau rusa dan bentuknya mirip dengan alat musik gendang yang sejenis di seantero Nusantara, sedangkan Totobuang adalah jajaran gong kecil dan terbuat dari perunggu yang mengeluarkan nada berbeda setiap kali dipukul. Bunyi toto buang mirip sekali dengan gamelan Jawa jika dimainkan dengan nada yang berbeda selain nada totobuang. Tifa & totobuang merupakan musik khas yang sering dimainkan oleh orang Maluku yang mayoritas beragama Kristen (Sarane).


*aku pernah melihat bentuk totobuang yang sama tapi lebih kecil yang mengiringi tari Lilin dari Minangkabau, mirip sekali. tapi ga tau disana namanya apa*

Sawat
Sedangkan Sawat pada awalnya boleh dibilang diperkenalkan oleh pedagang dari Timur Tengah yang datang ke Kepulauan Maluku. Masih ingatkan.. nama Maluku dari Jazirah Al-mulk? Nada yang disuarakan oleh Sawat merupakan perpaduan indah dari tradisi musik Maluku dan campuran musik2 Melayu serta Timur Tengah. Alat musik yang digunakan pada Sawat terdiri dari Rebana besar & Suling. Kultur Musik ini lebih banyak dimainkan oleh warga yang mayoritas beragama Islam.

Kolaborasi Sawat & Totobuang
Pada awalnya, sebelum ker*suhan Ambon dulu pecah kolaborasi antara 2 musik ini jarang sekali bahkan boleh dibilang tidak ada. Permaianan Totobuang yang biasanya di iringi dengan Tari Lenso sebagai pendampingnya dan Sawat yang diiringi dengan Tari Sawat. Kedua musik ini biasanya hanya dimainkan pada acara2 resmi saja, seperti pelantikan Raja sebuah Negeri, Acara Panas Pela, ataupun acara Kumpul Gandong.

Akan tetapi sejak tahun 2003, Kolaborasi dua budaya antara Kristen & Islam ini mulai dikembangkan, tidak hanya pada tarian akan tetapi di musik pun mulai digabungkan. Kolaborasi ini awalnya digagas oleh Bpk. D Sahuburua dalam konser paduan suara yang bertema “Tifa Pecah” pada acara Dies Natalis Universitas Pattimura pada tahun 2003 yang lalu.

Kolaborasi dua kultur budaya yang sedikit berbeda ini, menghadirkan sebuah perpaduan yang indah dan sarat dengan pesan yang menghapuskan segala batas perbedaan di Maluku. Dimana Hentakan Tifa & Totobuang yang bersemangat di isi dengan nuansa rebana serta alunan lembut suling memberi nuansa tentang Maluku yang berbeda dan sangat Indah. Belum pula jika ditambahi dengan lenggok para penari "Tari Lenso & Tari Sawat" yang semakin menambah keindahan kolaborasi ini.

User posted image
Tari Lenso & Tari Sawat

Kolaborasi keduanya bisa dibilang penggambaran tentang Maluku yang aman & damai adalah impian setiap orang Maluku dalam menjalani kehidupan di bumi pela gandong. Harmoni kehidupan yang indah, gerak maupun alunan nada yang diperagakan menggambarkan kehidupan masyarakat Maluku yang cinta damai.

So, jika anda ke Ambon jangan lupa untuk mencari informasi siapa tau ada pagelaran ini, rugi rasanya kalo tidak menikmati alunan kolaborasi Sawat & Totobuang.

Salam.



#Foto diambil pas acara pagelaran budaya di Gong Perdamaian oleh Dinas Pariwisata Februari lalu.

SUMBER :  http://forum.nationalgeographic.co.id
Terima kasih sudah membaca